cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2012): November 2012" : 11 Documents clear
KAJIAN STRUKTUR POLA RUANG KAMPUNG BERDASARKAN BUDAYA LOKAL DI PERKAMPUNGAN KE’TE KESU, KABUPATEN TORAJA UTARA Pransiska Archivianti Toriki; Nurini Nurini
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1032.802 KB)

Abstract

Kampung Ke’te Kesu merupakan kampung tradisional suku Toraja yang sudah berumur lebih dari 400 tahun dan sudah resmi dijadikan sebagai kawasan cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten Toraja Utara. Kampung yang dimiliki oleh keluarga besar Tongkonan Kesu ini terdiri dari beberapa area dan semuanya berhubungan dengan tradisi masyarakat suku Toraja yang merupakan budaya lokal masyarakat suku Toraja, namun belum pernah ada yang meneliti mengenai struktur dan pola ruang kampung tersebut dan apa saja yang mengakibatkan terbentuknya struktur dan pola ruang kampung yang ada di Toraja Utara. Kampung Ke’te Kesu merupakan milik keluarga besar Tongkonan Kesu, sehingga mengakibatkan struktur dan pola ruang kampung yang terbentuk menjadi tidak terencana. Dari permasalahan diatas, maka disimpulkan suatu pertanyaan penelitian yaitu bagaimana struktur pola ruang kampung berdasarkan budaya lokal di perkampungan Ke’te Kesu, Kabupaten Toraja Utara? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana struktur dan pola ruang perkampungan berdasarkan budaya lokal di Toraja Utara dan apa saja yang menyebabkan terbentuknya struktur dan pola ruang kampung di Toraja Utara. Hasil penelitian ini adalah Toraja Utara merupakan salah satu contoh kota tradisional yang tidak direncanakan, karena terdiri dari beberapa kampung yang merupakan warisan turun-temurun dari Nenek Moyang tiap Tongkonan. Kampung Ke’te Kesu secara struktural memiliki bentuk yang homogen, serta memiliki pola yang linear karena terletak dan berkembang di pinggir Jl. Ke’te Kesu. Selain itu, karena kampung Ke’te Kesu telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya, maka perkembangan rumah-rumah tunggal cenderung ke arah Jl.Ke’te Kesu. Secara fisik adanya area di kampung Ke’te Kesu ini karena kebutuhan ruang masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari dan tradisi mereka yaitu upacara-upacara adat yang mereka lakukan berdasarkan kepercayaan mereka, yaitu Aluk Todolo (Agama Leluhur) yang memandang alam sebagai falsafah dalam ajarannya.
PENGARUH SALURAN DRAINASE TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI GENUK KOTA SEMARANG Frisca Fertrisinanda A.D.P; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1146.032 KB)

Abstract

Kawasan permukiman di sekitar Kawasan Industri Genuk, Kota Semarang sering mengalami banjir. Disamping itu, kawasan tersebut juga mengalami pencemaran lingkungan.Kondisi ini disebabkan oleh buruknya kondisi saluran drainase. Limbah industri yang dihasilkan dari Kawasan Industri Genuk masuk ke dalam saluran drainase dan mengalirkannya ke luar kawasan, sehingga mencemari sungai dan drainase permukiman di sekitarnya. Permasalahan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh saluran drainase ini menimbulkan pertanyaan apa dan bagaimana pengaruh saluran drainase yang kurang baik terhadap pencemaran lingkungan permukiman di sekitar Kawasan Industri Genuk, Kota Semarang. Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh saluran drainase di Kawasan Industri Genuk terhadap pencemaran lingkungan permukiman di sekitarnya. Metode analisis yang digunakan adalah metoda deskriptif kualitatif, dengan menggunakan wawancara dan observasi lapangan sebagai metoda pengumpulan datanya. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa kondisi saluran drainase yang sangat buruk, seperti bangunan saluran yang masih alami dan pola jaringan yang bersifat alamiah karena belum tertata dengan baik menyebabkan arah aliran dari saluran drainase industri dan permukiman bertemu di satu titik dan langsung menuju ke arah aliran drainase yang sama yaitu ke arah sungai-sungai di sekitar Kawasan Industri Genuk. Akibatnya, air pada saluran drainase yang telah tercemar mencemari air dan tanah di kawasan permukiman di sekitar kawasan tersebut, termasuk sumber mata air. Kondisi ini terjadi juga karena adanya infiltrasi air dimana masuknya atau meresapnya air dari atas permukaan tanah yang sudah tercemar limbah industri ke dalam bumi. Berdasarkan hal tersebut, kesimpulan penelitian yang dapat dirumuskan adalah bahwa kondisi saluran drainase yang buruk dan infiltrasi air ke dalam tanah menyebabkan terjadinya pencemaran air dan tanah permukiman yang terdapat di sekitar Kawasan Industri Genuk.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PADA KEGIATAN PNPM DI KELURAHAN MUARAREJA KOTA TEGAL Ruhaida Ruhaida; Sunarti Sunarti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.495 KB)

Abstract

Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab berubahnya kondisi fisik lingkungan pada beberapa kawasan pesisir di pantai Utara Jawa. Perubahan tersebut mengganggu aktivitas masyarakat yang memanfaatkan potensi pesisir salah satunya sebagai permukiman. Dampak perubahan iklim seperti banjir rob tinggi dikawasan pesisir memberikan peluang kekumuhan. Permukiman kumuh bersumber dari ketidakberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kondisi fisik lingkungan permukimannya sehingga diperlukan adanya upaya meningkatkan power masyarakat dengan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh pada kegiatan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) di Kelurahan Muarareja Kota Tegal. Metode pendekatan menggunakan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif  untuk mendeskripsikan hasil dari perolehan kuesioner dan analisis deskriftif kualitatif untuk menjelaskan dan mengeneralisasi hasil dari penelitian yang berupa wawancara. Pengumpulan data penelitian dilakukan berupa purposive sampling. Hasil dalam penelitian ini  berupa  bentuk  pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan PNPM dalam upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh. Bentuk tersebut dapat dilihat dari kapasitas masyarakat yang menggambarkan kebutuhan masyarakat yang mendukung keluaran penelitian berupa bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada kegiatan PNPM dalam upaya meningkatkan kualitas permukiman. Bentuk kegiatan pemberdayaan tersebut terdiri dari proses pembuatan proposal kegiatan, pelaksanaan kegiatan lingkungan seperti: RTLH (Rehap Rumah Tidak Layak Huni),pembuatan jalan Paving, pembuatan Talud,dan perpipaan, dan peran masyarakat dalam pemeliharaan pembangunan.
ANALISIS KARAKTERISTIK SPBU DI KAWASAN CEPAT BERKEMBANG KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN Awan Ariseto Moelyanto; Imam Buchori
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1386.52 KB)

Abstract

At recent days, the growth of motor vehicle is equal to the growth of public activities and the growth of area. It increases the needs of fuel, so that it increasing number of gas station in Semarang to the remote area. Remote area of Semarang, especially in Tembalang subdistrict and Banyumanik subdistrict, has been developed significantly because there are some interests such as comfortable settlement, ideal business area, crowded activities area (education centre, settlement, trading area and service system area) and existense of space.The growth of Tembalang subdistrict and Banyumanik subdistrict is followed by the growth of supporting public facilities such as stores, hospital, post office, gas station, etc. The purpose of this research is to identify characteristic and knowing the range area for spreading gas station services toward the consumer in research area. This research is done through character knowledge of gas station location in arterial setyabudi street in Banyumanik subdistrict and tembalang street in Tembalang subdistrict and latter by knowing the consumer spreading of its gas station.This research applied quantitative approach and collecting primary data method through the interview,in field observation, spreading questionaires and collecting secondary data from instantion. The result of this research is comaparative character of each gas station location along arterial Setiabudi street in Banyumanik subdistrict and tembalang street in Tembalang subdsitrict. The result of this research is highly hoped to given some consideration in evaluating the gas station location through effectivity and improper of gas station location toward consumer’s need, so that there will be optimalization of those ga stations or the gas station new set.
PENGARUH PERKEMBANGAN AKTIVITAS EKONOMI TERHADAP STRUKTUR RUANG KOTA DI SWP III KABUPATEN GRESIK Vibi Dhika Nilayanti; PM Brotosunaryo
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1088.312 KB)

Abstract

Kepadatan lahan yang terjadi pada Kota Surabaya mengakibatkan fenomena “urban sprawl” yang berdampak pada Kabupaten Gresik. SWP III adalah salah satu wilayah di Kabupaten Gresik yang menampung perluasan aktivitas dari Kota Surabaya. Hal tersebut yang mengakibatkan munculnya aktivitas ekonomi baru di SWP III, terutama untuk aktivitas industri dan permukiman. Namun perkembangan aktivitas ekonomi di SWP III juga dipengaruhi oleh kejenuhan lahan yang mulai terjadi di pusat kota Gresik. Perkembangan aktivitas ekonomi yang terjadi di SWP III tentunya akan mempengaruhi pola penggunaan lahan dan jaringan jalan yang menjadi prasarana utama dalam aktivitas ekonomi. Perubahan yang terjadi pada pola penggunaan lahan dan jaringan jalan dapat berdampak negatif pada keteraturan struktur ruang kota dan juga dapat mengancam kelestarian lingkungan serta ketersediaan pangan daerah karena terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun dalam skala besar. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perkembangan aktivitas ekonomi terhadap struktur ruang kota di SWP III Kabupaten Gresik. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif dengan teknik analisis deskriptif argumentatif, deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dan deskriptif komparatif untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa aktivitas ekonomi yang berkembang di SWP III dari tahun 2004 – 2011 adalah aktivitas industri dan permukiman. Perkembangan kedua aktivitas ekonomi tersebut mengakibatkan terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun sehingga berdampak pada penurunan aktivitas pertanian di wilayah ini. Alih fungsi lahan yang terjadi ikut mengubah pola penggunaan lahan dan jaringan jalan di SWP III menjadi lebih padat, terutama pada Kecamatan Driyorejo dan Menganti yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya. Perubahan pola penggunaan lahan dan jaringan jalan di SWP III dari tahun 2004 – 2011 menunjukkan terjadinya perkembangan kota di wilayah ini. Namun perkembangan kota itu ternyata tidak sampai mengubah model struktur ruang kota di SWP III. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan aktivitas ekonomi di SWP III dari tahun 2004 – 2011 tidak berpengaruh terhadap struktur ruang kotanya. Perkembangan aktivitas ekonomi hanya mempengaruhi elemen pembentuk struktur ruang kota saja, yaitu pola penggunaan lahan dan jaringan jalan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Gresik dapat terus menjaga konsistensi rencana tata ruang yang telah dibuat sebelumnya agar tercipta keteraturan pola dan struktur ruang yang diharapkan, mengingat potensi perkembangan wilayah di SWP III yang cukup besar sehingga rawan untuk terjadi penyimpangan penggunaan lahan pada masa yang akan datang yang dapat mengancam kelestarian lingkungan.
KEBERTAHANAN PERMUKIMAN SEBAGAI POTENSI KEBERLANJUTAN DI KELURAHAN PURWOSARI SEMARANG Ayu Risky Puastika; Nany Yuliastuti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.428 KB)

Abstract

Kelurahan Purwosari merupakan suatu kawasan yang peruntukan lahannya digunakan untuk permukiman sejak pemerintahan Belanda tahun 1874 yang bernama Poncol Stresse, dan kini telah banyak mengalami perubahan. Perubahan permukiman di Kelurahan Purwosari cenderung mengalami penurunan. Dimana, penurunan tersebut berada pada lingkungan perumahan tersebut, yaitu mengalami rob . Penurunan lingkungan tersebut memperlukan suatu ketahanan untuk melindungi kawasan hunian yang menciptakan rasa kenyamanan. Dari gejala-gejala yang terjadi pada permukiman di Kelurahan Purwosari perlu dikaji lebih terperinci mengenai kemampuan bertahan Kelurahan Purwosari untuk tetap didiami oleh masyarakat sebagai suatu kawasan hunian dan berlanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kemampuan kebertahanan permukiman di Kelurahan Purwosari terhadap ancaman rob sebagai potensi keberlanjutan perumahan dimasa yang akan datang yang tetap digunakan sebagai kawasan hunian., Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilakukan analisis yang terkait dengan, analisis kemampuan sosial masyarakat dalam upaya bertahan terhadap rob, analisis kemampuan perekonomian masyarakat dalam upaya bertahan terhadap rob dan kemampuan lingkungan permukiman utuk bertahan terhadap rob. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode pengumpulan data primer maupun sekunder. Teknik analisis yang dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis pembobotan, dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil studi ini adalah kemampuan bertahan perumahan yang ada di Kelurahan Purwosari masuk kedalam kategori “cukup” dengan jumlah skor 1.5 dari nilai maksimal 3. Hal tersebut berarti kemampuan bertahan yang ada di Kelurahan Purwosari sudah dinilai cukup untuk melakukan kebertahanan menghadapi permasalahan yang ada yaitu adanya rob, dan potensi yang dapat membawa permukiman Kelurahan Purwosari berlanjut adalah kemampuan sosial masyarakat.
POTENSI KAMPUNG NELAYAN SEBAGAI MODAL PERMUKIMAN BERKELANJUTAN DI TAMBAKLOROK, KELURAHAN TANJUNG MAS Sonya Dimitra; Nany Yuliastuti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (887.276 KB)

Abstract

Kampong Tambaklorok, in Tanjungmas, North Semarang is located in coastal of the Java Sea. Thi Kampong is known because of the existence of TPI (Tempat Pelelangan Ikan). On one hand, this fringe area that develops into residential compound has several problems that is similar with fisherman villages in Indonesia coastal, such as poverty, and inadequate facilities and infrastructures. On the other hand, behind these problems there are some potentials that can be a capital for sustainable settlements. This study examines the potential of Kampong Nelayan Tambaklorok that can be a capital of sustainable settlements. Some analysis are realized to reach the aim of this study: analysis as of quality of the facilities and infrastructure avalabilities, analysis of quality of a residential dwelling, analysis of social and economic condition of the community, and potential Kampong Nelayan analysis as a capital for sustainable settlements. The result of this study shows that Kampong Tambaklorok has not been alleged as a sustainable settlements. But this kampong has social aspects that can be a capital for becoming a sustainable settlements. To conclude, beyond of the problems such as lack of inftrastructure which leads to poverty and slums settlements, this kampong has valuable capital to make it a sustainable settlements.
PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI KOTA KECIL DI JAWA TENGAH Julio Utama Landra; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1262.015 KB)

Abstract

Urbanisasi merupakan salah satu isu global kependudukan yang mempunyai dampak positif berupa pertumbuhan ekonomi dan negatif berupa penurunan kualitas lingkungan. Urbanisasi terjadi di negara berkembang seperti Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khusunya. Jawa Tengah telah memiliki berbagai jenis kota yang mengalami perkembangan, baik secara spasial maupun secara sosial ekonomi, salah satunya adalah kota kecil. Kota kecil adalah adalah tempat hidup bagi penduduk perkotaan, karena separuh dari penduduk perkotaan di seluruh dunia bertempat tinggal di kota-kota kecil ini (Taccoli (ed.), 2006). Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui variasi aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi perkembangan kota kecil di Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang didalamnya terdapat analisis deskriptif, analisis komparatif dan analisis overlay peta. Untuk menganalisis perkembangan sosial ekonomi penduduk digunakan metode kuantitatif. Pertama, mengidentifikasi kota yang berada di Jawa Tengah, selanjutnya menganalisis kota-kota yang termasuk kota kecil, dan menganalisis perkembangan sosial ekonomi di kota kecil. Terakhir adalah menganalisis tipologi kota kecil berdasarkan aspek sosial ekonomi dengan metode analisis SIG. Temuan studi menunjukkan bahwa berdasarkan pola tipologi spasialnya, kota-kota kecil berkembang bermula di sepanjang jalur pantai utara Jawa, pantai selatan dan sekitar Kota Solo serta kota kecil bagian tengah Jawa Tengah. Selanjutnya mulai terjadi aglomerasi antara pantai utara dan selatan pada tahun 2006 dan semakin berkembang di tahun 2008 karena infrastruktur dan fasilitas yang semakin lengkap dan menyebar. Perkembangan kota masih memiliki ketergantungan terhadap kesamaan geografis, yaitu berada di sepanjang pantai utara dan selatan Pulau Jawa. Ada pula kota kecil yang tumbuh cepat walaupun lokasinya tidak berada di sepanjang pantai. Hal ini dikarenakan kota tersebut berkembang secara alami. Jadi, perkembangan kota tidak hanya dipengaruhi oleh urbanisasi, tetapi ada faktor lain seperti sifat alamiah (kesamaan topografi, SDA, budaya) maupun buatan (jaringan infrastruktur).
KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PELAYANAN AIR BERSIH KOTA SURAKARTA DENGAN KABUPATEN KARANGANYAR Debbie Vici Prastiti; Holi Bina Wijaya
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.544 KB)

Abstract

Pelayanan publik dapat bersifat lintas batas administratif. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, yang lokasinya berbatasan dengan Kota Surakarta. Studi kasus dilakukan di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang pelayanan air bersihnya dilayani oleh PDAM Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mekanisme kerjasama antardaerah dalam pelayanan air bersih antara Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui alasan kerjasama antardaerah ini bisa terjadi. Untuk mencapai tujuan penelitian, metode yang digunakan adalah pendekatan deskripsi kualitatif dengan mengambil studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, pengumpulan dan menelaah dokumen dan wawancara. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa PDAM Surakarta dapat memberikan pelayanan air bersih di sebagian daerah yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Karangnyar. Kerjasama antara kedua daerah tersebut adalah kerjasama yang bersifat informal, yang tidak menggunakan surat rekomendasi atau dokumen perjanjian. Berdasarkan teori yang ada, bentuk kerjasama tersebut merupakan handshake agreement dan fee for service contracts.
Arahan Perwilayahan Fungsional Dalam Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Wonosobo Randi Febri Winaryo; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 1, No 1 (2012): November 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.635 KB)

Abstract

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu daerah penghasil pertanian tanaman pangan dan hortikukltura. Potensi komoditas tersebut banyak di usahakan di beberapa wilayah di Kabupaten Wonosobo. Setiap wilayah tersebut memperlihatkan suatu spesifikasi atau keunggulan yang menyebabkan terjadinya hubungan keterkaitan (interaction) dan juga hubungan ketergantungan (interdependency) akan kebutuhan komoditas. Dalam hal ini hubungan koleksi dan distribusi komoditas pertanian tanaman pangan di suatu wilayah ada yang menjadi daerah pemasaran dan sekaligus juga sebagai daerah produksi, ataupun salah satu diantaranya. Bagi daerah yang mempunyai potensi dan keunggulan pada sektor pertanian, identik atau biasa disebut dengan nama daerah pinggiran (periphery area), sedangkan daerah yang mempunyai ciri kekotaan, yang mengandalkan keunggulannya pada sektor industri dan perdagangan biasa disebut dengan daerah pusat (core area). Sehubungan dengan hal ini maka tujuan dari penelitian yaitu untuk mengidentifikasi sub-subwilayah yang menjadi sentra produksi komoditas pertanian dan juga menetapkan pusat distribusi dan pelayanan yang paling optimal dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan memeratakan ekonomi wilayah. Sedangkan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini maka metode yang digunakan yaitu metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan secara deskripsi dari data yang diperoleh untuk menggambarkan analisis ekonomi keruangan. Untuk alat analisis yang digunakan yaitu analisis Location Quotient (LQ), Skalogram Guttman, dan P-Median. Untuk hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 4 perwilayahan yang didalamnya terdapat 4 simpul kota alternatif yang paling optimal dan efisien dalam melayani daerah hinterlandnya.Untuk kota tersebut yaitu Kota Wonosobo dengan daerah hinterlandnya yaitu Kecamatan Watumalang, Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, dan Kecamatan Wadaslintang. Kota Garung dengan daerah hinterlandnya yaitu Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Kejajar. Kota Kertek dengan daerah hinterlandnya yaitu Kecamatan Kalikajar. Kota Sepuran dengan daerah hinterlandnya yaitu Kecamatan Kepil, Kecamatan Kalibawang. Masing-masing wilayah tersebut secara fungsinya memiliki peranan yang berbeda-beda. Hal ini kaitannya dengan peran daerah hinterland sebagai penghasil komoditas pertanian dan daerah pusat kota sebagai daerah pusat pendistribusian dan pelayanan wilayah. Secara umum penentuan pusat-pusat kota yang paling optimal dan efisien tersebut merupakan arahan yang bertujuan untuk memudahkan daerah hinterlandnya dalam mendistribusikan hasil pertanian dan juga sebagai langkah awal dalam menyelesaikan permasalahan pemerataan pembangunan dan ekonomi wilayah disektor pertanian.

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2012 2012